Senin, 18 Agustus 2014

BELAJAR DARI KERANG

Waktu kerang mencari makan, ia akan membuka cangkang penutup badannya. Buka, tutup, buka tutup.
Suatu hari di saat cangkan seekor kerang muda tebuka, sebutir pasir masuk ke dalam cangkang kerang itu. Sang kerang muda menangis sambil memanggil-manggil ibunya, “bu sakit bu..ada pasir masuk ke dalam tubuhku.”
Sang ibu menjawab: “sabar ya nak, jangan pedulikan sakit itu, bila perlu berikanlah kebaikan pada sang pasir yang menyakitimu itu.”
Kerang mudapun menuruti nasehat ibunya. Ia menangis tapi air matanya digunakan untuk membungkus pasir yang masuk ke dalam tubuhnya.
Hal itu terus menerus dia lakukan, dengan benturan air mata itu, rasa sakitnya pun berangsur berkurang bahkan hilang sama sekali.
Beberapa saat kemudian, kerang-kerang itu dipanen. Kerang yang ada pasirnya dipisahkan dari kerang yang yang tidak ada pasirnya.
Kerang tak berpasir dijual ke pasar secara obral dipinggir jalan menjadi kerang rebus, sedangkan kerang yang berpasir di jual ratusan bahkan riabuan kali lipat lebih mahal.
Mengapa begitu?
Karena butiran pasir berbalut air mata yang ada di dalam kerang itu telah berubah menjadi inti mutiara.
Sama dengan kita, bila dalam hidup ini kita tak pernah di tempa oleh kesulitan maka kita tidak akan punya nilai tinggi dan akan bernasib seperti kerang rebus yang dijual secara obral di pinggir jalan.
Sebaliknya kalau kita mampu menghadapi tiap kesulitan bahkan mampu memberi manfaat pada orang lain ketika kita mendapat kesulitan. Kita akan menjadi kerang mutiara yang sangat dibutuhkan orang dan yang kita hasilkan juga digunakan oleh orang-orang terhormat.
Konon ada dua cara bagaimana manusia menghadapi tantangan dan kesulitan. 
1. Isolasi. Ia berusaha keras melarikan diri, meng'isolasi' atau mengasingkan diri serapat-rapatnya, sehingga tantangan tak mampu menyentuhnya. 
2. Insulasi. Insulasi adalah cara yang dipakai di negara-negara empat musim, di mana mereka "membungkus" dinding rumah mereka sedemikian rupa sehingga panas di dalam ruangan tidak mudah hilang.
Kalau saja dapat diwujudkan ke dalam kenyataan kedua cara itu sebenarnya sama baiknya. Masalahnya, bagaimana mungkin orang bisa sepenuhnya mengisolasi diri dari kerang mutiara. Anda pasti mengetahui, bahwa proses terjadinya sebuah kerang mutiara bermula dari sebutir pasir yang 'nyasar' atau sengaja ditaruh di tubuh si kerang. Kerang itu tentu risih ada benda asing yang mampir ke tubuhnya. Tapi membuang itu dari tubuhnya, ia tidak mampu. Sebab itu yang dilakukannya adalah menginsulasi atau membungkus pasir itu dengan cairan tubuhnya. Pasir yang semula mengganggu, kini menjadi mutiara yang indah.
Seorang bernama Milo, asal Crotona, pernah sesumbar bahwa dalam waktu tiga bulan ia akan mampu mengangkat seekor banteng dewasa dengan tangannya. Tak seorang pun mempercayainya. Namun pada harinya, mereka toh datang juga untuk melihat apakah Milo mampu memenuhi janjinya. Ternyata bisa ! 
Apa gerangan yang ia lakukan selama tiga bulan itu?, mula-mula ia membeli seekor anak banteng. Setiap hari pagi dan petang ia berlatih mengangkat tubuh anak banteng itu, yang selama tiga bulan tentu telah bertumbuh menjadi banteng dewasa. Milo membuktikan teori untuk menghadapi kesulitan demi kesulitan dengan telaten. Maka keberhasilan menghadapi kesulitan yang satu, akan mampu untuk mengalahkan kesulitan yang lebih besar yang datang kemudian.

Hidup adalah pilihan.
Anda boleh memilih menjadi kerang rebus atau mutiara atau hanya menjadi sebutir pasir yang bikin air mata mengalir.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar