Rabu, 26 Januari 2011

Memberi Tanpa Pamrih

Semua manusia dalam pandangan Allah mempunyai hak yang sama, oleh sebab itu, orang kaya atau orang miskin tidak menjadi penentu barometer kecintaan Allah SWT kepada hamba-hambanya. Demikian juga tidak bisa dikatakan bahwa kaya dan miskin adalah ukuran keridhaan Allah kepada hamba-hambanya.

Realitas adanya orang kaya dan orang miskin sebenarnya adalah menegaskan bahwa manusia hidup di dunia dalam keadaan saling membutuhkan antara sesama manusia dan inilah yang disebut dengan makhluk sosial. Jika ia merasa sudah tidak membutuhkan kepada sesama manusia berarti ia sudah keluar dari fitrah dan kodratnya dan ia dipastikan akan menjadi lebih ganas dari pada binatang yang ganas.

Cobalah untuk mengawali suatu hari anda dengan niat untuk memberi. Mulailah dengan sesuatu yang kecil yang tak terlalu berharga di mata anda. Mulailah dari uang receh, kumpulkan beberapa receh yang mungkin tercecer di sana-sini, hanya untuk satu tujuan: diberikan!. Apakah anda sedang di bis kota yang panas, lalu datang pengamen bernyayi memekakkan telinga, atau anda sedang berada di mobil ber-ac yang sejuk, lalu sepasang tangan kecil mengetuk meminta-minta. Tak peduli bagaimana pendapat anda tentang kemalasan, kemiskinan dan lain sebagainya. Tak perlu banyak pikir, segera berikan satu dua keping pada mereka.

Barangkali ada rasa enggan dan kesal, tekanlah perasaan itu seiring dengan pemberian anda. Bukankah tak seorangpun ingin memurukkan dirinya menjadi kaum papa "pengemis". Ingat, kali ini anda hanya sedang "berlatih MEMBERI", mengulurkan tangan dengan jumlah yang tiada berarti?. rasakan saja, kini sesuatu mengalir dari dalam diri melalui telapak tangan anda. Sesuatu bernama "kasih sayang".
Memberi tanpa pertimbangan bagai menyingkirkan batu penghambat arus sungai, arus sungai adalah rasa kasih sayang dari dalam diri. Sedangkan, batu adalah kepentingan yang berpusat pada diri sendiri.

Sesungguhnya, bukan receh atau berlian yang anda berikan. Kemurahan itu tidak terletak di tangan anda, melainkan di dalam lubuk hati. Sebagaimana ditegaskan dalam hadis: “Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat pada bentuk tubuhmu, dan tidak pula melihat pada hartamu, dan juga tidak melihat pada keadaanmu, akan tetapi Allah melihat pada amalan dan hatimu”.

Hadis ini menegasakan bahwa Allah SWT tidak hanya melihat atau memerhatikan seberapa banyak harta yang diinfakkan atau disodakohkan kepada fakir miskin atau orang yang membutuhkannya. Tetapi, yang dinilai Allah SWT adalah dari ketulusan hati dan niat yang ada pada diri kita. Senilai berapapun jumlahnya harta yang disodakohkan, tidak ada jaminan bahwa sodakoh kita akan diterima Allah SWT. Kenapa? Karena ALLAH MAHA KAYA (ALLAAHU GHAANIYYUN). Harta yang kita anggap banyak, di sisi Allah sangat sedikit bahkah tidak ada nilainya.

Berbahagialah anda telah berbagi kepada sesama, tanpa pamrih....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar